HUBUNGAN
PERTUMBUHAN PENDUDUK DENGAN KEMISKINAN, KELAPARAN, DAN KETERBELAKANGAN
Disusun Oleh:
Dimas
Febiyanto /38411978
Fransiska
Putri S. /32411950
Marthan
Lassandy /34411326
PENDAHULUAN
Kelaparan adalah suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Kelaparan adalah bentuk
ekstrem dari nafsu makan normal.
Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang
dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif
lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik, maupun kekeringan cuaca.
FAKTA-FAKTA MENGENAI KELAPARAN
:
Tiap hari kurang-lebih 24.000 orang
meninggal karena lapar atau hal-hal yang berkenaan dengan kelaparan. Angka ini
telah menurun kalau dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu yang berkisar
sekitar 35.000 dan 45.000 untuk duapuluh tahun yang lalu. Tiga perempat dari
angka-angka kematian ini adalah anak-anak berumur dibawah lima tahun.Kini,
10% dari anak-anak di negara berkembang meninggal sebelum mereka berumur lima
tahun. Angka ini menurun 28% dari lima puluh tahun yang lalu.Kelaparan dan
perang menyebabkan hanya 10% kematian karena lapar, meskipun hal ini merupakan
hal yang biasa kita dengar sehari-hari. Kebanyakan dari kematian karena lapar
disebabkan oleh malnutrisi yang kronis akibat dari (keadaan bahwa) penderita
tidak dapat mendapatkan makanan yang cukup. Hal ini disebabkan oleh kemiskinan
yang sangat parah.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan ‑dan pekerjaan.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara
subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam
dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set
standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara.
Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang
makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira
2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Kemiskinan banyak
dihubungkan dengan:
·
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan
sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
·
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga;
·
penyebab sub-budaya (subcultural), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar;
·
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi
orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
·
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur sosial.
Keterbelakangan Pendidikan
Rakyat
Sebagai sebuah realitas yang tidak
dapat ditawar-tawar Pendidikan meiliki peran yang teramat urgen bagi
perkembangan pribadi manusia. Pendidikan berakar dari kata didik yang berarti
mengarahkan ataupun membimbing. segala upaya yang diarahkan untuk mendidik
ataupun membimbing seseorang merupakan bahagian dari upaya pendidikan. Senafas
dengan itu Pendidikan tidak lepas dari beberapa komponen yang satu sama lain
saling bertautan, jika satu dari mereka tidak ada maka proses pendidikan tidak
akan mungkin terjadi. Komponen tersebut adalah :
Pendidik dan peserta didik, komponen tersebut merupakan bagian yang paling fundamen
dari sebuah proses pendidikan. Seorang pendidik bertugas mengarahkan dan
mentransformasi pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didiknya, guna
mengarahkannya mencapai sesuatu yang bermakna. Dalam kaitan itu seorang
pendidik dituntut untuk memiliki kualifikasi dan kompetensi akademis yang
memadai, dalam Permendiknas Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dalam pasal 28 disebutkan bahwa, Pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki tujuan pendidikan. Lebih lanjut dalam pasal 30 dijelaskan,
seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, kompetensi
tersebut meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
propfesional dan kompetensi sosial (UU NO 20 tahun 2003).
Sarana dan Prasana Pendidikan, tidak berbeda dengan komponen yang telah disebutkan di atas
komponen ini juga teramat urgen dalam upaya mengembangkan proses pendidikan.
Hal tersebut menyangkut dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik (UU No.20 tahun 2003).
REFERENSI
DAN KASUS
KASUS
KEMISKINAN
Indonesia boleh
dibilang memiliki catatan yang cukup mengesankan dalam usaha mengurangi
kemiskinan. Gambar 3 dan Tabel 2 secara jelas menunjukkan bahwa secara umum perkembangan
persentase penduduk miskin Indonesia selama empat dekade terakhir menunjukkan
tren yang menurun. Selama periode 1976-1996, melalui performa pertumbuhan
ekonomi yang mengesankan, yakni dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7 persen
per tahun, Indonesia telah berhasil mengurangi persentase penduduk miskin yang
mencapai 40,1 persen pada pertengahan 1976 hingga hanya mencapai 11,3 persen
pada tahun 1996. Menurut Timmer dalam Tambunan (2006), selama periode ini,
terdapat beberapa sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk di
dalamnya pertumbuhan pesat di sektor pertanian. Kontribusi dominan sektor
pertanian berakhir pada penghujung dekade 80an ketika perannya mulai digantikan
oleh industri manufaktur. Pada periode ini pula, mulai terjadi perpindahan
tenaga kerja dari sektor pertanian (daerah perdesaan) ke sektor industri
manufaktur (daerah perkotaaan)
Gambar 3 dan Tabel 2 juga menunjukkan bahwa tingkat
kemiskinan menurun secara konsisten selama periode 1976-1996 dengan tren
penurunan yang cukup tajam. Penurunan persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan lebih cepat bila dibandingkan dengan di daerah perkotaan. Pada tahun
1976, jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan mencapai 44,2 juta orang atau
sekitar 40,4 persen dari total penduduk perdesaan, jumlah ini kemudian menurun
secara drastis pada tahun 1993: jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan
turun menjadi 17,2 juta orang atau sekitar 13,8 persen dari total penduduk
perdesaan. Sebuah capaian yang sungguh mengesankan, ini artinya dalam kurun
waktu 27 tahun, jumlah penduduk miskin di perdesan berkurang sebesar 27 juta
orang. Berikut adalah data statistic presentase kemiskinan dari tahun 1976
sampai dengan tahun 2009.
Indonesia adalah
negara yang kaya raya. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa, baik sumber
daya alam hayati maupun non hayati. Sumber daya alam hayani banyak ditemui
dengan flora dan fauna yang beraneka ragam, sehingga tidak mengherankan jika
indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati terlengkap
didunia, hal ini tentunya mencakup keanekaragaman hayati darat dan laut.
Jikalau penilaiannya hanya mencakup keanekaragaman hayati darat saja, selain
itu indonesia juga menjadi eksportir minyak sawit no 1 Dunia. Kelapa sawit atau
dunia internasional menyebut crude palm oil (CPO) adalah produk yang dibutuhkan
masyarakat sebagai sumber energi pilihan maupun alternatif. Saat ini, Indonesia
merupakan eksportir no 1 dunia untuk minyak sawit, malaysia diurutan ke-2 dan
Papua New Guinea. Serta masih banyak lagi tambang-tambang alam di Indonesia.
KASUS
KELAPARAN
Kasus kelaparan yang menewaskan seorang ibu dan anaknya di
Makassar sangat disayangkan oleh kalangan akademisi dan LSM. Mereka
menilai kejadian itu sebagai tragedi kemanusiaan. Sementara itu setelah dua
hari dirawat di rumah sakit, kondisi Aco, korban kelaparan dan gizi buruk kini
mulai membaik. Setelah mendapat
perawatan intensif di Rumah Sakit Haji Makassar, Sulawesi Selatan, kondisi Aco,
korban kelaparan dan gizi buruk ini sudah mulai membaik. Ia sudah
bisa minum, hanya saja Aco yang masih berumur 4 tahun ini belum bisa
banyak bicara. Infus yang ada ditangannya masih belum dilepas. Pasalnya ia
masih membutuhkan pasokan cairan, setelah banyak kehilangan cairan akibat
dehidrasi. Ironisnya, Aco belum mengetahui kalau ibunya telah meninggal dunia. Aco masuk ke rumah sakit dalam kondisi tidak
sadarkan diri Jumat ( 29/02) lalu. Ia bersama ibunya Base dan kakaknya Bahir
ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya. Hanya saja, Base dan Bahir meninggal
dunia. Sementara Basri yang Minggu (02/03) kemarin, baru menemui anaknya
setelah menghadiri pemakaman istri dan anaknya di Banteng mengaku sangat sedih
dengan peristiwa yang menimpa keluarganya. Sementara itu akibat terkuaknya kasus
kelaparan yang mengakibatkan meninggalnya seorang ibu hamil dan anaknya
berbagai kalangan dari LSM dan akademisi di Makassar mengecam. Mereka menilai,
kejadian tersebut tidak perlu terjadi. Sebab telah disediakan anggaran bagi
warga miskin di Makassar senilai 1 triliun rupiah. Jumlah warga miskin di
Makassar pada tahun 2007 lalu sekitar 350 ribu orang atau 30 persen dari
penduduk Makassar sekitar 1 juta orang.
Gambar
2. Contoh Kelaparan
Sumber: www.google.co.id
KASUS
KETERBELAKANGAN
Sarana dan Prasana Pendidikan, tidak berbeda
dengan komponen yang telah disebutkan di atas komponen ini juga teramat urgen
dalam upaya mengembangkan proses pendidikan. Hal tersebut menyangkut dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kejiwaan peserta didik (UU No.20 tahun 2003).
Tanpa adanya sarana dan prasarana yang baik maka
upaya pengembangan pendidikan tidak akan terjadi sebagaimana mestinya. Hal ini
dapat terlihat ketika pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh dua tahun yang lalu.
berapa banyak Sekolah – sekolah yang hancur dan berapa banyak sarana dan
prasarana pendidikan yang hilang dan rusak parah, akibatnya para siswa tidak
dapat melaksanakan proses pendidikan sebagaiamana mestinya kalaupun harus
dipaksakan mereka hanya bisa bersekolah di tenda – tenda darurat ataupun di
gedung-gedung sekolah yang sangat tidak layak. Hasilnya adalah ketika terjadi
UAN pada tahun 2006 banyak dari anak – anak Aceh yang tidak lulus pada Ujian
Akhir Nasional. Tidak hanya itu Gempa Bumi dan Tsunami Aceh juga berimbas
kepada anak – anak Aceh yang kian terganggu mental dan kejiwaannya, diakibatkan
stress maupun trauma yang berkepanjangan padahal potensi intelektual, emosionl
dan kejiwaan merupakan potensi sarana dan prasarana yang sangat esensi bagi
proses proses pendidikan. Komponen tersebut diatas merupakan hal yang sangat
asasi bagi kemajuan pendidikan bangsa ini. Ketiganya harus menjadi perhatian
Pemerintah jika tetap ingin mengembangkan dunia pendidikan di negara ini.
Walaupun harus diakui secar jujur bahwa kian hari dunia pendidikan kita nyaris
semakin tertinggal. Hal ini dibuktikan dengan jelas bagaimana mutu SDM
Indonesia yang jauh dari harapan seperti dilaporkan oleh studi UNDP tahun 2000
yang menyatakan bahwa Human Development Indeks (HDI) Indonesia menempati urutan
ke 109 dari 174 negara atau data tahun 2001 menempati urutan ke 102 dari 162 negara.
Hal tersebut semakin diperparah dengan tingkat kemiskinan yang semakin
mengelembung, kehidupan masyarakat kumuh yang berbaris semeraut dipinggiran
sungai malah semakin menngeliat, di beberapa daerah malah terkuak anak-anak ‑balita
yang menderita busung lapar, kelaparan terjadi dibeberapa daerah, bahkan
beberapap penyakit menular juga bertubi-tubi menyerang Bangsa ini. Masyarakat
semakin teperosok jauh kebelakang untuk kemudian meratap sedih terhadap sanak
kelurga mereka yang tak berdaya. Alih-alih untuk meyekolahkan anak-anak mereka
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk menghidupi keluarga saja mereka
tidak sanggup lagi.
Dan ini lah yang terjadi hari ini, betapa tidak
Pendidikan seyogianya menjadi milik seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali, malah
seperti perjalanan panjang yang tanpa garis finish.
Pendidikan Untuk Rakyat
Pendidikan memanusiakan kembali manusia Dari
dehumanisasi struktural dan sistem sosial yang menindas begitulah ungkapan
Paulo Freire yang hingga kini tidak akan pernah terlupakan. Pendidikan harus
mampu menjadi penyelamat manusia dari ketertindasan, kemiskinan , kemelaratan
dan Marginalisasi. Upaya untuk memanusiakan manusia merupakan segmen utama dari
Pendidikan. Dalam UU tentang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional, pada pasal 5 dijelaskan,” bahwa setiap Warga Negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Itu artinya setiap anak
bangsa di Negeri ini memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengenyam
dunia pendidikan tanpa melihat latar belakang kehidupannya. Dengan Pendidikan
manusia hina menjadi bermartabat, bahkan dengan Pendidikan ‑orang-orang
Jahiliyah di masa Rasul, Muhammad SAW menjadi mulia. Hal itu tidak lepas dari
didikan Muhammad SAW terhadap kondisi masyarakat Quraisy yang sangat Jahiliyah.
Berawal dari sebuah rumah sederhana milik sahabat Nabi bernama Arkam inilah
proses tarbiyah dimulai, hasilnya adalah betapa dari didikan Rasul, Muhammad
SAW ini bermunculan orang-orang besar yang kemudian membesarkan Islam sampai
kepenjuru Jazirab Arabiah dan Eropa.
Realitas Pendidikan yang kian mensubordinasi dan
memarginalisasi masyarakat merupakan ancaman terhadap demokratisasi dan tujuan
pendidikan. Sejatinya, masyarakat dapat mengeyam pendidikan sama dengan masyarakat
mampu yang lain dikarenakan Pendidikan merupakan hak seluruh warga masyrakat.
Kalaulah bangsa ini hendak bercermin, Bangsa Jerman dapat menjadi sample
bagaimana mereka mampu mengelola pendidikan gratis di Negara itu. Walaupun
gratis namun dalam tataran kualitas tidak perlu diragukan lagi. Kalaupun upaya
untuk menggratiskan seluruh tingkatan Pendidikan tidaklah mungkin minimal pada
jenjang pendidikan dasar tidak dipungut biaya.
Sumber :
4. http://clemensbudip.wordpress.com/2011/11/23/kelaparan-kemiskinan-dan-keterbelakangan/
OPINI
Masyarakat Indonesia memang tidak
jauh dari kemiskinan. Ini disebabkan oleh buruknya sistem perekonomian Indonesia,
yang diperpuruk oleh adanya mafia dan para koruptor yang merajalela. Sistem perekonomian
Indonesia buruk karena adanya utang-utang luar negeri yang sampai saat ini
belum lunas, malaeh utang-utang tersebut semakin bertambah. Hal ini secara
tidak langsung berdampak pada pertumbuhan penduduk terhadap kemiskinan,
kelaparan, dan keterbelakangan. Kemiskinan mengakibatkan sitem pemerintahan
yang tidak sesuai dengan jalurnya, sehingga menimbulkan kekacauan dimana-mana. Kelaparan
juga salah satu dampak dari kemiskinan yang akan mengakibatkan kepada kondisi kekurangan gizi yang
dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif
lama. Kemiskinan dapat dilihat
sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, maka kemiskinan merupakan masalah
global dunia. Kemiskinan sebagian besar terjadi karena
masalah pengangguran yang terjadi akibat dari kemalasan. Pemerintah dan
orang-orang yang berkompeten seharusnya memikirkan kembali pendidikan Rakyat
yang kian terpuruk, karena pentingnya mengembangkan potensi sumber daya yang
sangat potensial untuk mensuplai orang-orang yang berkualitas.
Keterbelakangan suatu kaum disebabkan juga
dari sistem pemerintahannya yang buruk, terutama sistem pendidikan yang
memburuk di Indonesia. Kewajiban belajar sembilan tahun secara gratis dirasa
tidaklah cukup, jika dibandingkan dengan sistem pendidikan di luar negeri dimana
setiap siswa wajib mendapatkan pendidikan dua belas tahun dan program beasiswa
bagi siswa yang unggulan. Fasilitas belajar sangat komplit dan memadai, sedangkan
di Indonesia tidak lengkap dan kurang adanya apresiasi dan perhatian dari
pemerintah untuk masalah pendidikan ini. Pemerintah seharusnya benar-benar
total dalam menanggapi masalah ini, misalnya dengan memberikan anggaran
pembelanjaan negara 50% untuk pendidikan. Karena maju tidaknya suatu negara
tergantung dari pemerintahannya,dan sistem pendidikannya. Dan banyak
cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari kemiskinan,
kelaparan, dan keterbelakangan agar kita terlihat di mata dunia sebagai bangsa
dan negara yang berkualitas dan potensial untuk menjadi negara maju.
Mengenai
masalah kemiskinan, kelaparan, dan keterbelangan, Indonesia belum seberapa dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan di negara-negara lain, misalnya Jepang, Cina, Korea,
dll. Mereka sangat maju oleh pendidikan dan teknologi. Penduduk indonesia
terutama di daerah pelosok/pedesaan masih minim tentang ilmu pengetahuan maupun
teknologi. Pemerintah harus berupaya meningkatkan pendidikan di berbagai daerah
karena pendidikan merupakan salah satu pendorong untuk mengurangi kemiskinan. Jikalau
anak-anak bangsa indonesia maju akan pendidikan berarti dapat mengimbangi
negara lain, kita tidak lagi memerlukan tenaga kerja yang propesional dari
negara yang lain, tetapi kita dapat memanfaatkan pemuda-pemudi indonesia yang
memiliki skill dan pengetahuan sehingga kita dapat mengejar ketertinggalan dari
negara-negara maju serta memperbaiki tingkat pertumbuhan penduduk dan sistem yang
berjalan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar