Selasa, 29 April 2014

HUBUNGAN PERTUMBUHAN PENDUDUK DENGAN KEMISKINAN, KELAPARAN, DAN KETERBELAKANGAN

HUBUNGAN PERTUMBUHAN PENDUDUK DENGAN KEMISKINAN, KELAPARAN, DAN KETERBELAKANGAN

Disusun Oleh:

                                                           Dimas Febiyanto     /38411978
                                                           Fransiska Putri S.   /32411950
                                                           Marthan Lassandy /34411326

PENDAHULUAN
Kelaparan adalah suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Kelaparan adalah bentuk ekstrem dari nafsu makan normal. Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik, maupun kekeringan cuaca.
FAKTA-FAKTA MENGENAI KELAPARAN :
Tiap hari kurang-lebih 24.000 orang meninggal karena lapar atau hal-hal yang berkenaan dengan kelaparan. Angka ini telah menurun kalau dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu yang berkisar sekitar 35.000 dan 45.000 untuk duapuluh tahun yang lalu. Tiga perempat dari angka-angka kematian ini adalah anak-anak berumur dibawah lima tahun.Kini, 10% dari anak-anak di negara berkembang meninggal sebelum mereka berumur lima tahun. Angka ini menurun 28% dari lima puluh tahun yang lalu.Kelaparan dan perang menyebabkan hanya 10% kematian karena lapar, meskipun hal ini merupakan hal yang biasa kita dengar sehari-hari. Kebanyakan dari kematian karena lapar disebabkan oleh malnutrisi yang kronis akibat dari (keadaan bahwa) penderita tidak dapat mendapatkan makanan yang cukup. Hal ini disebabkan oleh kemiskinan yang sangat parah.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan ‑­dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
·       penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
·       penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
·       penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
·       penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
·       penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Keterbelakangan Pendidikan Rakyat
Sebagai sebuah realitas yang tidak dapat ditawar-tawar Pendidikan meiliki peran yang teramat urgen bagi perkembangan pribadi manusia. Pendidikan berakar dari kata didik yang berarti mengarahkan ataupun membimbing. segala upaya yang diarahkan untuk mendidik ataupun membimbing seseorang merupakan bahagian dari upaya pendidikan. Senafas dengan itu Pendidikan tidak lepas dari beberapa komponen yang satu sama lain saling bertautan, jika satu dari mereka tidak ada maka proses pendidikan tidak akan mungkin terjadi. Komponen tersebut adalah :
Pendidik dan peserta didik, komponen tersebut merupakan bagian yang paling fundamen dari sebuah proses pendidikan. Seorang pendidik bertugas mengarahkan dan mentransformasi pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didiknya, guna mengarahkannya mencapai sesuatu yang bermakna. Dalam kaitan itu seorang pendidik dituntut untuk memiliki kualifikasi dan kompetensi akademis yang memadai, dalam Permendiknas Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam pasal 28 disebutkan bahwa, Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki tujuan pendidikan. Lebih lanjut dalam pasal 30 dijelaskan, seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, kompetensi tersebut meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi propfesional dan kompetensi sosial (UU NO 20 tahun 2003).
Sarana dan Prasana Pendidikan, tidak berbeda dengan komponen yang telah disebutkan di atas komponen ini juga teramat urgen dalam upaya mengembangkan proses pendidikan. Hal tersebut menyangkut dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik (UU No.20 tahun 2003).
                                                                                                                                       
REFERENSI DAN KASUS

KASUS KEMISKINAN
Indonesia boleh dibilang memiliki catatan yang cukup mengesankan dalam usaha mengurangi kemiskinan. Gambar 3 dan Tabel 2 secara jelas menunjukkan bahwa secara umum perkembangan persentase penduduk miskin Indonesia selama empat dekade terakhir menunjukkan tren yang menurun. Selama periode 1976-1996, melalui performa pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, yakni dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7 persen per tahun, Indonesia telah berhasil mengurangi persentase penduduk miskin yang mencapai 40,1 persen pada pertengahan 1976 hingga hanya mencapai 11,3 persen pada tahun 1996. Menurut Timmer dalam Tambunan (2006), selama periode ini, terdapat beberapa sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk di dalamnya pertumbuhan pesat di sektor pertanian. Kontribusi dominan sektor pertanian berakhir pada penghujung dekade 80an ketika perannya mulai digantikan oleh industri manufaktur. Pada periode ini pula, mulai terjadi perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian (daerah perdesaan) ke sektor industri manufaktur (daerah perkotaaan)
Gambar 3 dan Tabel 2 juga menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan menurun secara konsisten selama periode 1976-1996 dengan tren penurunan yang cukup tajam. Penurunan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan lebih cepat bila dibandingkan dengan di daerah perkotaan. Pada tahun 1976, jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan mencapai 44,2 juta orang atau sekitar 40,4 persen dari total penduduk perdesaan, jumlah ini kemudian menurun secara drastis pada tahun 1993: jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun menjadi 17,2 juta orang atau sekitar 13,8 persen dari total penduduk perdesaan. Sebuah capaian yang sungguh mengesankan, ini artinya dalam kurun waktu 27 tahun, jumlah penduduk miskin di perdesan berkurang sebesar 27 juta orang. Berikut adalah data statistic presentase kemiskinan dari tahun 1976 sampai dengan tahun 2009.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_kJh8ktlbUozGNHPU4h6PhJ6cOSvB9o3lr6iBzhrCDil3AKwgW1pyvCHzPYJDPiXAsMDZ20ps0cwvedzY81XzSPtEFYkKcWXODy8XJfs6rH8yF89jXVxMOUbh2cYGWRoT7zPZupObt1s/s400/grafik+kemiskinan.jpgDescription: tabel.png

Indonesia adalah negara yang kaya raya. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Sumber daya alam hayani banyak ditemui dengan flora dan fauna yang beraneka ragam, sehingga tidak mengherankan jika indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati terlengkap didunia, hal ini tentunya mencakup keanekaragaman hayati darat dan laut. Jikalau penilaiannya hanya mencakup keanekaragaman hayati darat saja, selain itu indonesia juga menjadi eksportir minyak sawit no 1 Dunia. Kelapa sawit atau dunia internasional menyebut crude palm oil (CPO) adalah produk yang dibutuhkan masyarakat sebagai sumber energi pilihan maupun alternatif. Saat ini, Indonesia merupakan eksportir no 1 dunia untuk minyak sawit, malaysia diurutan ke-2 dan Papua New Guinea. Serta masih banyak lagi tambang-tambang alam di Indonesia.

KASUS KELAPARAN
Kasus kelaparan yang menewaskan seorang ibu dan anaknya di Makassar sangat disayangkan oleh kalangan akademisi dan LSM. Mereka menilai kejadian itu sebagai tragedi kemanusiaan. Sementara itu setelah dua hari dirawat di rumah sakit, kondisi Aco, korban kelaparan dan gizi buruk kini mulai membaik.  Setelah mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Haji Makassar, Sulawesi Selatan, kondisi Aco, korban kelaparan dan gizi buruk ini sudah mulai membaik. Ia sudah bisa minum, hanya saja Aco yang masih berumur  4 tahun ini belum bisa banyak bicara. Infus yang ada ditangannya masih belum dilepas. Pasalnya ia masih membutuhkan pasokan cairan, setelah banyak kehilangan cairan akibat dehidrasi. Ironisnya, Aco belum mengetahui kalau ibunya telah meninggal dunia.   Aco masuk ke rumah sakit dalam kondisi tidak sadarkan diri Jumat ( 29/02) lalu. Ia bersama ibunya Base dan kakaknya Bahir ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya. Hanya saja, Base dan Bahir meninggal dunia. Sementara Basri yang Minggu (02/03) kemarin, baru menemui anaknya setelah menghadiri pemakaman istri dan anaknya di Banteng mengaku sangat sedih dengan peristiwa yang menimpa keluarganya.  Sementara itu akibat terkuaknya kasus kelaparan yang mengakibatkan meninggalnya seorang ibu hamil dan anaknya berbagai kalangan dari LSM dan akademisi di Makassar mengecam. Mereka menilai, kejadian tersebut tidak perlu terjadi. Sebab telah disediakan anggaran bagi warga miskin di Makassar senilai 1 triliun rupiah. Jumlah warga miskin di Makassar pada tahun 2007 lalu sekitar 350 ribu orang atau 30 persen dari penduduk Makassar sekitar 1 juta orang.
Description: anak-kelaparan.jpg
Gambar 2. Contoh Kelaparan
Sumber: www.google.co.id

KASUS KETERBELAKANGAN
Sarana dan Prasana Pendidikan, tidak berbeda dengan komponen yang telah disebutkan di atas komponen ini juga teramat urgen dalam upaya mengembangkan proses pendidikan. Hal tersebut menyangkut dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik (UU No.20 tahun 2003).
Tanpa adanya sarana dan prasarana yang baik maka upaya pengembangan pendidikan tidak akan terjadi sebagaimana mestinya. Hal ini dapat terlihat ketika pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh dua tahun yang lalu. berapa banyak Sekolah – sekolah yang hancur dan berapa banyak sarana dan prasarana pendidikan yang hilang dan rusak parah, akibatnya para siswa tidak dapat melaksanakan proses pendidikan sebagaiamana mestinya kalaupun harus dipaksakan mereka hanya bisa bersekolah di tenda – tenda darurat ataupun di gedung-gedung sekolah yang sangat tidak layak. Hasilnya adalah ketika terjadi UAN pada tahun 2006 banyak dari anak – anak Aceh yang tidak lulus pada Ujian Akhir Nasional. Tidak hanya itu Gempa Bumi dan Tsunami Aceh juga berimbas kepada anak – anak Aceh yang kian terganggu mental dan kejiwaannya, diakibatkan stress maupun trauma yang berkepanjangan padahal potensi intelektual, emosionl dan kejiwaan merupakan potensi sarana dan prasarana yang sangat esensi bagi proses proses pendidikan. Komponen tersebut diatas merupakan hal yang sangat asasi bagi kemajuan pendidikan bangsa ini. Ketiganya harus menjadi perhatian Pemerintah jika tetap ingin mengembangkan dunia pendidikan di negara ini. Walaupun harus diakui secar jujur bahwa kian hari dunia pendidikan kita nyaris semakin tertinggal. Hal ini dibuktikan dengan jelas bagaimana mutu SDM Indonesia yang jauh dari harapan seperti dilaporkan oleh studi UNDP tahun 2000 yang menyatakan bahwa Human Development Indeks (HDI) Indonesia menempati urutan ke 109 dari 174 negara atau data tahun 2001 menempati urutan ke 102 dari 162 negara. Hal tersebut semakin diperparah dengan tingkat kemiskinan yang semakin mengelembung, kehidupan masyarakat kumuh yang berbaris semeraut dipinggiran sungai malah semakin menngeliat, di beberapa daerah malah terkuak anak-anak ‑­balita yang menderita busung lapar, kelaparan terjadi dibeberapa daerah, bahkan beberapap penyakit menular juga bertubi-tubi menyerang Bangsa ini. Masyarakat semakin teperosok jauh kebelakang untuk kemudian meratap sedih terhadap sanak kelurga mereka yang tak berdaya. Alih-alih untuk meyekolahkan anak-anak mereka kejenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk menghidupi keluarga saja mereka tidak sanggup lagi.
Dan ini lah yang terjadi hari ini, betapa tidak Pendidikan seyogianya menjadi milik seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali, malah seperti perjalanan panjang yang tanpa garis finish.
Pendidikan Untuk Rakyat 
Pendidikan memanusiakan kembali manusia Dari dehumanisasi struktural dan sistem sosial yang menindas begitulah ungkapan Paulo Freire yang hingga kini tidak akan pernah terlupakan. Pendidikan harus mampu menjadi penyelamat manusia dari ketertindasan, kemiskinan , kemelaratan dan Marginalisasi. Upaya untuk memanusiakan manusia merupakan segmen utama dari Pendidikan. Dalam UU tentang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pada pasal 5 dijelaskan,” bahwa setiap Warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Itu artinya setiap anak bangsa di Negeri ini memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan tanpa melihat latar belakang kehidupannya. Dengan Pendidikan manusia hina menjadi bermartabat, bahkan dengan Pendidikan ‑­orang-orang Jahiliyah di masa Rasul, Muhammad SAW menjadi mulia. Hal itu tidak lepas dari didikan Muhammad SAW terhadap kondisi masyarakat Quraisy yang sangat Jahiliyah. Berawal dari sebuah rumah sederhana milik sahabat Nabi bernama Arkam inilah proses tarbiyah dimulai, hasilnya adalah betapa dari didikan Rasul, Muhammad SAW ini bermunculan orang-orang besar yang kemudian membesarkan Islam sampai kepenjuru Jazirab Arabiah dan Eropa.
Realitas Pendidikan yang kian mensubordinasi dan memarginalisasi masyarakat merupakan ancaman terhadap demokratisasi dan tujuan pendidikan. Sejatinya, masyarakat dapat mengeyam pendidikan sama dengan masyarakat mampu yang lain dikarenakan Pendidikan merupakan hak seluruh warga masyrakat. Kalaulah bangsa ini hendak bercermin, Bangsa Jerman dapat menjadi sample bagaimana mereka mampu mengelola pendidikan gratis di Negara itu. Walaupun gratis namun dalam tataran kualitas tidak perlu diragukan lagi. Kalaupun upaya untuk menggratiskan seluruh tingkatan Pendidikan tidaklah mungkin minimal pada jenjang pendidikan dasar tidak dipungut biaya.

Sumber :
4.    http://clemensbudip.wordpress.com/2011/11/23/kelaparan-kemiskinan-dan-keterbelakangan/


OPINI
Masyarakat Indonesia memang tidak jauh dari kemiskinan. Ini disebabkan oleh buruknya sistem perekonomian Indonesia, yang diperpuruk oleh adanya mafia dan para koruptor yang merajalela. Sistem perekonomian Indonesia buruk karena adanya utang-utang luar negeri yang sampai saat ini belum lunas, malaeh utang-utang tersebut semakin bertambah. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada pertumbuhan penduduk terhadap kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan. Kemiskinan mengakibatkan sitem pemerintahan yang tidak sesuai dengan jalurnya, sehingga menimbulkan kekacauan dimana-mana. Kelaparan juga salah satu dampak dari kemiskinan yang akan mengakibatkan kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, maka kemiskinan merupakan masalah global dunia. Kemiskinan sebagian besar terjadi karena masalah pengangguran yang terjadi akibat dari kemalasan. Pemerintah dan orang-orang yang berkompeten seharusnya memikirkan kembali pendidikan Rakyat yang kian terpuruk, karena pentingnya mengembangkan potensi sumber daya yang sangat potensial untuk mensuplai orang-orang yang berkualitas.
Keterbelakangan suatu kaum disebabkan juga dari sistem pemerintahannya yang buruk, terutama sistem pendidikan yang memburuk di Indonesia. Kewajiban belajar sembilan tahun secara gratis dirasa tidaklah cukup, jika dibandingkan dengan sistem pendidikan di luar negeri dimana setiap siswa wajib mendapatkan pendidikan dua belas tahun dan program beasiswa bagi siswa yang unggulan. Fasilitas belajar sangat komplit dan memadai, sedangkan di Indonesia tidak lengkap dan kurang adanya apresiasi dan perhatian dari pemerintah untuk masalah pendidikan ini. Pemerintah seharusnya benar-benar total dalam menanggapi masalah ini, misalnya dengan memberikan anggaran pembelanjaan negara 50% untuk pendidikan. Karena maju tidaknya suatu negara tergantung dari pemerintahannya,dan sistem pendidikannya. Dan banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan agar kita terlihat di mata dunia sebagai bangsa dan negara yang berkualitas dan potensial untuk menjadi negara maju.
Mengenai masalah kemiskinan, kelaparan, dan keterbelangan, Indonesia belum seberapa dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan di negara-negara lain, misalnya Jepang, Cina, Korea, dll. Mereka sangat maju oleh pendidikan dan teknologi. Penduduk indonesia terutama di daerah pelosok/pedesaan masih minim tentang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Pemerintah harus berupaya meningkatkan pendidikan di berbagai daerah karena pendidikan merupakan salah satu pendorong untuk mengurangi kemiskinan. Jikalau anak-anak bangsa indonesia maju akan pendidikan berarti dapat mengimbangi negara lain, kita tidak lagi memerlukan tenaga kerja yang propesional dari negara yang lain, tetapi kita dapat memanfaatkan pemuda-pemudi indonesia yang memiliki skill dan pengetahuan sehingga kita dapat mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju serta memperbaiki tingkat pertumbuhan penduduk dan sistem yang berjalan di Indonesia.